Halaman

Rabu, 22 April 2020

Kenapa Harus Kuliah Sekaligus Mondok?


Kenapa Harus Kuliah Sekaligus Mondok?

Prioritas itu perlu dan akan selalu dibutuhkan./doc.cio.com


Mari kita awali tulisan ini dengan sedikit umpatan toyyibah, Bismillahirrohmanirrohim. Ditakdirkan menjadi seorang mahasantri, alias mahasiswa yang sekaligus nyantri adalah sebuah nikmat sekaligus musibah. Nikmat bagi mereka yang tidak pernah di-ta’dzir (dihukum) dan musibah bagi mereka yang langganan dihukum.
Membagi waktu antara kuliah dan mondok memang tidak semudah mengatakannya “ya ditentukan prioritasnya, dong,” kata itu tergelontor mudah dari mulut mereka, manusia-manusia yang tidak menjalaninya. Teorinya,  tentukan prioritasnya saja. Lalu, bagaimana kalau kita sulit menentukan prioritasnya, mengingat kedua-duanya memiliki konsekuensi yang tidak ringan. Tentu saja sebagai mahasantri yang sudah tidak kecil lagi (read: dewasa), tentunya  dianggap sudah bisa menentukan prioritas dan menerima segala konsekuensi.
Namun, sebagai manusia biasa yang pasti memiliki sisi lemah dan tak berdaya, ia juga bisa tumbang dan stress juga. Dikala kampus sedang menuntut dengan setumpuk tugas kelompok dan take home. Sedangkan, pondok menuntut kita belajar dengan tekun karena kejar tayang sebelum imtihan (ujian). Beuh sekali hidup kamu. Belum lagi kalau kamu aktif di organisasi. Udah ikut organisasi kampus, eh jadi pengurus pondok pula. Mantap nian kenikmatan hidup lho. Nah, kali ini bakal aku jelasin beberapa fakta menarik jadi mahasantri.
1.       Dianggap Keren
Ya gimana nggak dianggap keren, mereka bisa membagi waktu mereka untuk kuliah dan nyantri. Kuliah jalan, nyantri juga jalan. Tugas kuliah clear, ta’dhim sama Kiai juga tetep. Ilmu akhirat dapet, ilmu duniawi juga kena.
2.       Dimudahkan Urusannya
Bagi kalian yang percaya penuh dengan barokah Kiai pasti paham. Dimana kalau kita hormat dengan guru, ilmunya itu akan bermanfaat dan dimudahkan dalam segala urusan. Hal ini juga terjadi di kalangan santri, ada aja keajaiban yang terjadi.
3.       Tidur di Kelas Sudah Biasa
Sering kali, mereka tidur di kelas karena terlalu padetnya agenda di pondok. Sudah agendanya banyak, masih lagi setelah itu ngerjain tugas kuliah. Mantap betul kesehariannya. Sampai ada ungkapan, “Tidur siang adalah hoax, dan tidur malam itu kelangkaan.” Bukannya gimana, mahasantri tidurnya dini hari, bukan malem lagi. Lha wong jam 2 esuk lagi mapan kok.
4.       Langganan Dihukum
Dilematis memang, tugas kelompok belum kelar, eh senja sudah menyerbu. Ini saatnya anak pondok harus pulang. Kalau peran kamu di tugas itu penting banget dan sudah deadline, beuh terpaksa deh tuh, pulang telat ke pondok. Dan apa konsekuensi yang harus diterima saat pulang telat? Ya pasti dihukum.
5.       Dianggap Aktivis
Dibandingkan mereka yang hanya tidur, bangun, ngising, makan, ngaji, dan nge-ghibah. Jelas kami yang nyantri sekaligus aktif di kampus bakal keliatan menonjol. Mulai dari langganan dihukum, langganan sandal di-ghosob, sampai langganan yang agak keren dikit, yaitu jadi panitia di acara pondok. Tidak bisa dipungkiri, pengalaman mereka yang aktif di kampus juga dibutuhkan di pondok pesantren. Pun sebaliknya sih, kemampuan santri juga  dibutuhin di organisasi kampus. Apalagi kalau bukan langganan mimpin doa dan qiro’, pokoknya yang hawa-hawa ada sangkut pautnya sama agama pasti langsung dilempar ke  mahasiswa yang nyantri.
6.       Sok Sibuk
Mereka yang aktif di kampus pasti banyak agenda yang harus dihadiri. Maka dari itu, mereka sok sering ijin nggak ikut ngaji karena ‘ngacara’. Masih alhamdulillah kalau diijinin, kalau gak diijinin, dan si santri tetep nekat karena kepepet. Matilah riwayatnya (read: dihukum). Waktu di pondok pun, kadang pikiran mereka yang masih di kampus. Sedangkan kalau lagi di kampus, pikiran mereka meronta-ronta tentang pondok.

Berikutlah beberapa fakta unik  yang dialami oleh mahasantri. Ada santri yang pandai membagi waktu sehingga keduanya berprestasi. Namun, tak jarang salah satunya akan terkorbankan.
Bagi kalian yang sedang berada di posisi yang tak jauh beda, atau bahkan sama. Yang tenang ya, Allah bakal kasih jalan terbaik kok. Jalanin aja dulu. Kayak aku ini, sekarang baru ngrasain kalo kuliah sambil jadi santri tuh ternyata ada manis-manisnya gitu. Padahal mah, awal bayanginnya berattt banget. Kayaknya aku gak bakal kuat. Eh ternyata, sekarang udah bisa ngerasian manfaatnya. Jadi, jangan ragu kuliah sekaligus mondok ya.


Minggu, 19 April 2020

PERSAHABATAN BERUJUNG BAPER


TAHUN PERTAMA KEBAPERAN
Seperti kemustahilan. Persahabatan antara pria dan wanita yang berjalan tanpa rasa./ doc.tribunnews.com


Satu tahun mengenalmu membuatku cukup paham apa-apa yang berubah darimu. mulai dari berat badanmu yang menurun hingga sikap malu yang telah berubah menjadi berani. Sebuah hubungan yang aku anggap lebih dari teman biasa. Setiap kita menggenggam rahasia satu sama lain. Saling medengar dan memahami semua rasa selama setahun ini.
Jika aku ditanya, apakah aku bahagia? Sebenarnya biasa saja. Kebahagiaanku adalah ketika angan-anganmu semenjak satu tahun silam telah terwujud. Ya, mengenalnya lebih dekat dan bersamanya. Misi yang mengawali perkenalanku dengamu. Dan sekarang, misi itu mulai terwujud. Syukurlah.
Seperti yang aku jelaskan di atas. Perkenalanku denganmu diawali oleh sebuah misi. Misi menaklukkan hatinya-wanitamu- sekarang. Dan kedekatan kita berakhir ketika kalian telah bersama. Betapa bahagianya diriku saat itu.
Namun, sepertinya ada yang perlu diluruskan dari persahabatan ini. Apa kau kira persahabatan ini akan berujung kebaperan? Lalu, kau rela melepaskannya. Ku kira mungkin saja begitu. Tapi, bagiku semua ini tetap bisa berjalan. Kau masih bisa bercerita tentangnya. Dan aku masih bercerita tentang siapapun. Ya, seperti semula.
Tentu, narasi yang tak seberapa panjang ini tidak akan bisa menggambarkan betapa aku menyayangkan hal itu terjadi. Tapi, ya sudahlah. Sekarang, kau sibuk dengannya. Dan aku masih sibuk dengan diriku sendiri. Aku pun berpikir. Apa benar? Kau mengakhiri semua ini karena sebuah kata ‘sahabat’. Benar. Persahabatan antara pria dan wanita adalah halu.